el Bashiroh
Mencerahkan Rohani Bangsa


Al Bashiroh

[ Edit ]

Gorontalo: Melawan Arus, Membangun Birokrasi

Birokrasi hadir sebagai jalan menuju kesuksesan kinerja pemerintah, namun banyak juga instansi yang tidak menuai kesuksesan karena birokrasinya yang berbelit-belit. Itu terjadi disebagian besar instansi di Indonesia. Malah karena kental dengan sistem birokrasi yang seperti ini, Indonesia bercokol di urutan ke tiga negara terkorup se-Asia.

Walaupun sudah kaprah (terlanjur basah) dengan budaya korup, dan birokrasi yang ruwet. Indonesia boleh berguru pada provinsi Gorontalo yang bulan-bulan lalu disorot sebagai sebuah provinsi dengan segudang prestasi khususnya di titik percepatan pertumbuhan ekonominya. Sebuah keniscayaan yang tidak terbantahkan, menandingi provinsi yang ada di pulau Jawa, khususnya Jakarta sebagai ibukota.

Keberhasilan ini adalah bentuk ikhtiar dari Gubernur Gorontalo sendiri. Sebagai seorang gubernur dia berhasil membuat lingkungan kerjanya menjadi sangat kondusif, sehingga mampu untuk menggolkan keberhasilan pertumbuhan ekonomi yang bisa dirasakan sampai rakyat bawah.Rakyat sangat senang ketika harga hasil pertaniannya bisa dijual dengan harga tinggi, karena ketetapan harga dari pemerintah bisa memberikan kepercayaan pada para petani untuk tetap menanam dan menanam. Dari kepercayaan ini kemudian sedikit demi sedikit mampu mengangkat pertumbuhan ekonomi rakyat Gorontalo secara makro.

Memberangus tirani Birokrasi

Fadel Muhammad, gubernur terpilih Gorontalo, lahir di Ternate, kemudian dia besar dan bergabung dengan Golkar untuk aspirasi politiknya. Namun di sisi lain beliau adalah seorang pengusaha besar. Dari sumber berita yang kami peroleh sudah lima perusahaan besar yang pernah ia pegang, hampir kesemuanya bergerak di bidang pertambangan.

Menjadi Gubernur baginya, bukanlah sebuah jabatan yang biasa saja, minimal ada empat hal yang kemudian menjadi titik tekan kinerja Gubernur yang masih keturunan bani Alawy ini, antara lain:

  • Inovasi dalam segala hal, terutama sistem perekonomian. Model kinerja yang ditawarkan oleh beliau adalah sistem pemerintahan wirausaha. Artinya aset apa yang telah dimiliki oleh publik, semisal pertanian jagung misalnya, dikembangkan sedemikian rupa untuk menghasilkan panen yang melimpah. Seperti yang sudah diceritakan diatas, sedikit demi sedikit akan mengangkat perekonomian secara makro.
  • Birokasi yang simple, artinya sejak awal Fadel Muhammad telah mengajak para birokrat yang ada di jajaran stafnya untuk membuat sebuah komitmen agar birokrasi yang berjalan nantinya adalah birokrasi yang sehat,cepat dan tepat. Hal ini menjadi sebuah gebrakan dalam pemerintahan yang berlangsung di dalamnya. Pertama kali yang perlu dibenahi adalah birokrasi pusat, bukan malah daerah yang memulai kebijakan ini.
  • Kontinuitas, dalam arti segala macam titik-titik perubahan yang terjadi haruslah berjalan terus-menerus, tiada ada kata stagnan (berjalan di tempat), apalagi berhenti total. Ketika itu terjadi, maka pembenahan-pembenahan harus dilakukan lewat studi-studi kepada para ahli, atau secara langsung mencari bahan studi (pola manajerial) yang ada lewat browsing Internet ke pemerintahan Swiss atau Amerika Serikat. Padahal di sana sini, para dewan atau pemerintah gencar-gencarnya melakukan kunjungan luar negeri hanya untuk sebuah studi yang kadang jauh dari penerapan.
  • Public Trust, kepercayaan publik (masyarakat) yang kemudian menjadi barometer keberhasilan sebuah pemerintahan, ketika kepercayaan publik itu hilang, yang terjadi di semua lini pergerakan kebijakan pemerintah akan dianggap sinis oleh publik. Pemerintah tidak memiliki wibawa dihadapan rakyatnya. Untuk bisa dipercaya, paling tidak pemerintah selayaknya mencukupi hak sosial ekonomi rakyat yang merupakan dasar pokok masyarakat, meminjam istilah Anshari Thayyib (Al-Bashiroh, vol.4 no.3, Meretas Tragedi dibalik Aksi)

Empat macam karakter ini yang kemudian diangkat sebagai New Public Management sebagai pengganti Old Public Management yang mengakar dalam diri aparatur negara. Dengan kata lain Fadel Muhammad telah berhasil membangun sistem, menerapkan sistem, dan tentunya merancang goal clear (tujuan yang jelas) ke arah mana perjalanan pemerintahan itu, ke depan dan terus ke depan.

Membangun Sistem bukanlah sebuah angan belaka, berapa banyak dibalik birokrat-birokrat yang memandang sebelah mata kinerja pemerintahan Fadel Muhammad. Butuh waktu delapan bulan untuk menerapkan sistem yang ada dalam pikirannya, sehingga kemudian seluruh golongan mengenal betul dan menerapkan sistem itu.

Bukan isapan jempol belaka, ketika monitoring dilakukan olehnya, terlihat jelas beberapa kebocoran dana yang jumlahnya sangat besar. Karena sistem birokrasi yang dibangun saat itu, tidak seperti biasanya, sangat cepat dan tepat. Malah untuk sebuah laporan keuangan daerah TK II bisa dilihat dalam hitungan jam saja, padahal sebelumnya memakan waktu minimal 3 hari. Kenapa bisa secepat itu?, karena masing-masing pejabat publik mengetahui performance agreement (kecocokan langkah) untuk apa sebuah sistem birokrasi itu ada?

Keberhasilan demi keberhasilan itu ada karena kontinuitas dalam melangkah, kemudian pengelolaan informasi yang maksimal ke segenap pejabat publik, dan yang terakhir tidak menunggu "ketukan palu" (Surat Keputusan) Pemerintah pusat, dalam arti memutus hegemoni pusat yang dirasa menghambat kinerja Pemerintah daerah sendiri. (disarikan dari Sarapan Pagi TVRI, 30 April 2007, Jawa Pos 8 April 2007)


Alamat Redaksi: Jl. Raya Raci No. 51 Bangil Pasuruan P.O. Box 08 Bangil Pasuruan Jatim Indonesia. Telp. 0343-745317/746532 Fax. 0343-741-200
e-mail redaksi_albashiroh@yahoo.co.id.