el Bashiroh
Mencerahkan Rohani Bangsa


Al Bashiroh

[ Edit ]

Lailatul Qodar Melambaikan Tangannya

Ramadlan adalah salah satu bulan yang mulia diantara empat bulan yang dimuliakan oleh Allah, yang kemudian diredaksikan oleh Rasulullah sebagai syahru Ummati. Di bulan ini pula manusia yang beriman sudah sewajarnya mengejawantahkan segala macam kemampuannya untuk memaknai bulan ini dengan semaksimal mungkin. Hingga akhirnya tidak ada peluang lain untuk memberi kesempatan nafsu untuk menjajah jiwa dan raga kita.

Menjelang 'asyro al-awakhir (sepuluh hari terakhir) yang menjadi the final action dari puncak 'ubudiyyah selama bulan suci ini, bukan menjadi suatu masalah yang sulit kalau kita mau mempersiapkan diri kita dengan mujahadah (melepas segala kepenatan dunia untuk memfokuskan diri dan seluruh jasad ini untuk taqorrub dengan sang Kholiq dan meluweskan hubungan kita sesama manusia).

Hal ini yang kemudian ditekankan oleh ulama salaf as-sholeh dalam pembahasan khusus yang ada di kitab-kitab fikih seperti bab I'tikaf (yang didalamnya meliputi iktsaris as shodaqoh, ikstsaris as tilawah wal I'tikaf). Hingga hampir-hampir tidak menyisakan waktu untuk yang lain (akan tetapi masalah ma'isyah atau nafaqoh apabila tidak bisa diharapkan kedatangannya, maka harus diusahakan atau dicari sebatas tidak terlalu memforsir diri seperti hari biasanya). Alasan ini dikemukakan karena ada perihal yang lebih agung dari kemewahan dunia sebesar apapun, yaitu lailatul qodar. Seperti apa dan sebesar apa nilai ibadah di lailatul qodar itu?

Berbagai macam ta'rif (pengertian) telah diberikan oleh ulama misalnya, lailatul qodar itu diartikan sebagai lailatul hikam (lailatul taqdiir) artinya Allah berhak memberikan apa saja kepada makhluk dari kadar kelipatan pahala, perkara kematian kita, perkara rezeki kita dan lain-lain, yang kesemuanya itu ádalah tugas dari malaikat Isrofil, Mikail, 'Izrooil, dan Malaikat Jibril alaihimus salaam.

Dalam redaksi ulama lain mengartikan bahwa lailatul Qodar itu hari di mana Allah menentukan ajal dan rizki kita. Allah yang memerintahkan kepada malaikat untuk menulis keluasan atau kesempitan rizki hamba di tahun itu. Sebagian ulama lain mengartikan bahwa lailatul qodar ádalah malam kemulyaan, artinya siapa saja yang beramal sholeh di malam itu Allah akan memulyakannya dengan kebaikan yang lebih baik dari seribu bulan. Sedangkan dalam hitungan seribu bulan itu sama dengan delapan puluh tiga tahun plus empat bulan. Padahal realitanya umur manusia itu tidak sampai pada batas itu, begitu besarnya Allah menghargai Ibadah Ummat Muhammadiyyah.

Mengapa harus ada Lailatul Qodar itu

Secara historis dalam perjalanan umat manusia di dunia ini, lailatul qodar hanya berlaku bagi Umat Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassallam. Alkisah diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas radliallhu'anhuma, bahwa Rasulullah merasa iri dengan anugerah Allah yang telah diberikan pada seorang laki-laki dari Umat bani Israel yang pekerjaannya membawa pedang untuk berjuang di jalan Allah selama seribu bulan. Kemudian Rasulullah berkeinginan agar Amat seperti itu, seraya berdoa:

يا رب جعلت أمتى أقصر الأمم أعمارا وأقلها أعمالا

Kemudian karena pernyataan Rasulullah itu Allah menjadikan lailatul qodar sebagai hari yang lebih baik dari seribu bulan. Sungguh mulya umat Rasulullah dengan momen ini, karena kemulyaan Rasulullah menjadikan kita sebagai asyroful umami (paling mulyanya umat manusia). Kita harus pandai bersyukur dengan berkah ini.

Lailatul Qodar yang akan kita songsong ini bertempat pada asyrol awakhiri (sepuluh hari terakhir dan pada bagian-bagian ganjil dari sepuluh hari itu). Sehingga yang dimaksud dengan hari itu adalah hari ke dua puluh satu, dua puluh tiga, dua puluh lima, dua puluh tujuh, dan dua puluh sembilan. Dari beberapa hari itu ada hari yang dirahasiakan oleh Allah sebagai hari lailatul qodar.

Kaidah mendapati Lailatul Qodar

Walaupun sebelumnya telah diterangkan bahwa hari itu suatu rahasia bagi Allah untuk muslimin, namun tidak untuk para kaum khawwash (orang yang mempunyai kemampuan metafisika/ilmu batin). Dengan kemampuan batinnya mampu mendeteksi keberadaan hari yang agung itu, dan dengan pengalaman empirisnya mampu memberikan deteksi yang cukup valid tentang hari lailatul qodar itu. Berkata as-Syeikh Abul Hasan,

"Sejak aku mencapai dewasa, tidak pernah rasanya aku melewati malam yang agung itu dengan kaidah itu".

Imam al-Kurdi berkata,

"Kaidah itu telah dicoba sejak Imam Syafi'i, kemudian kebenarannya diteruskan oleh Imam Ghozali, bahwa untuk mendapati lailatul qodar itu, ditentukan oleh awal hari dari bulan itu" (I'anahtuthalibiin juz II, hal 290).

Jika kita mendapati awal ramadlan itu hari Ahad atau Rabu maka lailatul qodar itu ada di malam hari ke duapuluh sembilan. Jika kita dapati awal ramadlan itu hari Senin maka dipastikan akan jatuh pada malam hari ke dua puluh satu. Jika awal hari itu Selasa atau Jum'at maka malam hari dua puluh tujuh, jika awal hari itu hari Kamis maka akan jatuh malam hari ke dua puluh lima, atau awal hari itu hari Sabtu maka akan jatuh malam hari dua puluh tiga. Begitu kaidah ini ditulis oleh Syech Bakri Satta' karena memang keberadaan kaidah itu bisa dipertanggungjawabkan secara syar'i.

Semoga dengan kajian ringkas ini kita akan bisa melewati hari-hari di akhir ramadlan ini penuh dengan rahmah dan maghfiroh dari Allah. Dan janji dari Rasul, barang siapa bisa melewati sepertiga hari yang akhir ini dengan menjaga kualitas iman yang sepenuhnya seraya memohon ridlo Allah, maka janji Allah adalah al-itqu minannaar. Wallahu a'lamu bisshowaab. (shr)


Alamat Redaksi: Jl. Raya Raci No. 51 Bangil Pasuruan P.O. Box 08 Bangil Pasuruan Jatim Indonesia. Telp. 0343-745317/746532 Fax. 0343-741-200
e-mail redaksi_albashiroh@yahoo.co.id.